Terapi arv pdf




















Lama pemberian tergantung dari genotype dari Hepatitis C. Di adaptasi dari: Ghanny et all. ASHM guideline. Serum transaminase, yang dilakukan setiap minggu selama 4 minggu dan selanjutnya setiap bulan atau jika diperlukan 2. Jumlah HCV RNA, yang dilakukan setelah pengobatan 4 minggu pilihan , 12 minggu, 24 minggu dan 48 minggu untuk melihat respon pengobatan ditinjau dari segi virologi seperti terpapar pada Tabel 14 berikut ini.

Secepatnya 2 minggu dan tidak lebih dari 8 minggu. Perhatian khusus untuk populasi tersebut adalah berhubungan dengan gaya hidup yang tidak menentu sepanjang hidupnya sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan terapinya. Selain itu perlu diperhatikan kemungkinan terjadi interaksi antara terapi ARV dengan zat-zat yang mereka gunakan seperti misalnya Metadon.

Dianjurkan pengembangan suatu program yang memadukan perawatan ketergantungan obat termasuk terapi substitusi dengan HIV sehingga pasien terpantau dengan lebih baik. Penggunaan paduan ARV dengan dosis sekali sehari masih dalam penelitian untuk diterapkan sehingga bisa untuk mempermudah terapi.

Pemantauan tanda ketagihan harus dilakukan dan dosis metadon perlu dinaikkan ke tingkat yang sesuai untuk mengurangi gejala ketagihan tersebut. PPP dapat juga dipergunakan dalam beberapa kasus seksual yang khusus misal perkosaan atau keadaan pecah kondom pada pasangan suami istri.

Enam bulan sejak memulai terapi ARV merupakan masa yang kritis dan penting. Diharapkan dalam masa tersebut akan terjadi perkembangan klinis dan imunologis ke arah yang lebih baik, meskipun hal tersebut kadang tidak terjadi dan atau terjadi toksisitas obat. Berbagai faktor mempengaruhi perbaikan klinis maupun imunologis sejak memulai ART, antara lain beratnya keadaan klinis dan rendahnya jumlah CD4 saat memulai.

Selain itu perlu diingat juga bahwa pemulihan keadaan klinis dan imunologis tersebut memerlukan waktu untuk bisa terjadi dan menunjukkan hasil. Di bawah akan diulas beberapa hal yang perlu dipantau pada pasien yang belum maupun sudah mulai mendapat terapi ARV, baik pada 6 bulan pertama maupun pemantauan jangka panjang.

Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV Pasien yang belum memenuhi syarat terapi antiretroviral terapi ARV perlu dimonitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya setiap 6 bulan sekali.

Evaluasi klinis meliputi parameter seperti pada evaluasi awal termasuk pemantauan berat badan dan munculnya tanda dan gejala klinis perkembangan infeksi HIV. Parameter klinis dan jumlah CD4 tersebut digunakan untuk mencatat perkembangan stadium klinis pada setiap kunjungan dan menentukan saat pasien mulai memenuhi syarat untuk terapi profilaksis kotrimoksazol dan atau terapi ARV.

Berbagai faktor mempengaruhi perkembangan klinis dan imunologis sejak terdiagnosis terinfeksi HIV. Evaluasi klinis dan jumlah CD4 perlu dilakukan lebih ketat ketika mulai mendekati ambang dan syarat untuk memulai terapi ARV.

Pemantauan Pasien dalam Terapi Antiretroviral 1. Sebagai batasan minimal, Pemantauan klinis perlu dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai keadaan stabil.

Pada setiap kunjungan perlu dilakukan penilaian klinis termasuk tanda dan gejala efek samping obat atau gagal terapi dan frekuensi infeksi infeksi bakterial, kandidiasis dan atau infeksi oportunirtik lainnya ditambah konseling untuk membantu pasien memahami terapi ARV dan dukungan kepatuhan. Pemeriksaan VL digunakan untuk membantu diagnosis gagal terapi.

Hal ini akan berlanjut bertahun-tahun dengan terapi yang efektif. Keadaan tersebut, kadang tidak terjadi, terutama pada pasien dengan jumlah CD4 yang sangat rendah pada saat mulai terapi.

Meskipun demikian, pasien dengan jumlah CD4 yang sangat rendah tetap dapat mencapai pemulihan imun yang baik tetapi memerlukan waktu yang lebih lama. Data jumlah CD4 saat mulai terapi ARV dan perkembangan CD4 yang dievaluasi tiap 6 bulan sangat diperlukan untuk menentukan adanya gagal terapi secara imunologis.

Pada sebagian kecil pasien dengan stadium lanjut dan jumlah CD4 yang rendah pada saat mulai terapi ARV, kadang jumlah CD4 tidak meningkat atau sedikit turun meski terjadi perbaikan klinis. Bila tidak ada dokumen tertulis, dianjurkan untuk dilakukan tes HIV sebelum memulai terapi ARV [b] Bagi pasien yang mendapat AZT: perlu di periksa kadar hemoglobin sebelum terapi AZT dan pada minggu ke 4, 8 dan 12, dan bila diperlukan misal ada tanda dan gejala anemia atau adanya obat lain yang bisa menyebabkan anemia.

Bila hasil tes positif dan kehamilan pada trimester pertama maka jangan diberi EFV. Dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai adanya ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan keadaan klinis dari pasien yang diduga mengalami kegagalan terapi ARV. Pasien, bahkan kadang menghentikan sendiri terapinya karena adanya efek samping. Efek samping obat tidak boleh menjadi penghambat dimulainya terapi ARV.

Perlu diingat bahwa tidak semua pasien akan mengalaminya dan bahwa efek samping yang timbul seringnya bisa diatasi dengan baik. Hal ini jauh lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan risiko kematian yang pasti akan terjadi bila pasien tidak mendapatkan terapi ARV.

Tingkat Toksisitas Obat ARV Derajat Keadaan Tanda dan Gejala Tatalaksana 1 Reaksi suatu perasaan tidak enak tidak perlu perubahan terapi Ringan yang tidak menetap; tidak ada keterbatasan gerak 2 Reaksi Sedikit ada keterbatasn tidak perlu intervensi medis, kalau perlu Sedang bergerak kadang-kadang sangat minimal memerlukan sedikit bantuan dan perawatan 3 Reaksi Pasien tidak lagi bebas perlu intervensi medis atau perawatan di Berat bergerak; biasanya perlu rumah sakit bantuan dan perawatan Substitusi obat penyebabnya tanpa menghentikan terapi ARV 4 Reaksi berat Pasien terbaring tidak dapat Segera hentikan terapi ARV dan yang bergerak; jelas memerlukan tatalaksana kelainan yang ada dengan mengancam intervensi medis dan terapi simtomatik dan suportif dan jiwa perawatan di rumah sakit terapi ARV kembali diberikan dengan mengganti paduan pada salah satu obat yang menjadi penyebabnya pada saat pasien sudah mulai tenang kembali B.

Bila toksisitas yang mengancam jiwa muncul, semua obat ARV harus dihentikan segera hingga secara klinis sembuh. Pada saat pasien sembuh maka dimulai dengan paduan terapi ARV yang lain. Jika NVP tidak dapat diberikan karena adanya riwayat hepatotoksik EFV Potensi teratogenik pada kehamilan atau hipersensitifitas berat, dapat di trimester pertama atau perempuan pertimbangkan disubstitusi dengan PI tanpa kontrasepsi yang memadai Hepatitis EFV.

Substitusi dengan PI C. Hal yang sering terjadi dan terlupakan adalah bahwa ada kemungkinan terjadinya interaksi antar obat atau zat yang digunakan yang bisa memberikan efek berupa perubahan kadar masing-masing obat atau zat dalam darah.

Secara definisi, Interaksi obat adalah perubahan dalam kadar atau lamanya aksi satu obat oleh karena adanya zat lain termasuk obat, makanan dan alcohol sebelum atau bersamaan dengan obat tersebut. Berbagai interaksi obat ARV dengan obat lain selengkapnya dapat dilihat di Lampiran Kriteria gagal terapi adalah menggunakan 3 kriteria, yaitu kriteria klinis, imunologis dan virologis.

Bila pemeriksaan VL tidak tersedia, untuk menentukan gagal terapi menggunakan kriteria imunologis untuk memastikan gagal terapi secara klinis.

Definisi Kriteria gagal terapi, ditentukan berdasarkan kriteria klinis, imunologis maupun virologis. Pada tempat dimana tidak tersedia sarana pemeriksaan CD4 dan atau viral load, maka diagnosa kegagalan terapi menurut gejala klinis dapat dilakukan. Sebaliknya pada tempat yang mempunyai sarana pemeriksaan CD4 dan atau viral load, maka diagnosa kegagalan terapi ditegakkan dengan panduan pemeriksaan CD4 dan atau viral load setelah pada pemeriksaan fisik dijumpai tampilan gejala klinis yang mengarah pada kegagalan terapi.

Di bawah akan diulas dua macam kriteri kegagalan terapi, yang pertama adalah yang menggunakan pemeriksaan CD4 dan VL sebagai dasar penentuan kriteria WHO dan yang menggunakan pemeriksaan klinis sebagai dasar penentuan gagal terapi utamanya digunakan pada tempat yang tidak memiliki sarana pemerikasaan CD4 dan VL.

Kegagalan terapi menurut kriteria WHO 1. Beberapa penyakit yang termasuk dalam stadium klinis 3 TB paru, infeksi bakteri berat dapat merupakan petunjuk kegagalan terapi. Kriteria klinis untuk gagal terapi yang timbul dalam 6 bulan pertama pengobatan tidak dapat dijadikan dasar untuk mengatakan gagal terapi. Perlu dilihat kemungkinan penyebab lain timbulnya keadaan klinis tersebut, misal IRIS.

Viral load masih merupakan indikator yang paling sensitif dalam menentukan adanya kegagalan terapi. Kadar viral load yang optimal sebagai batasan untuk mengubah paduan ARV belum dapat ditentukan dengan pasti. Gambar 4. Definisi dan kriteria gagal terapi menurut gejala klinis yang lain adalah timbulnya keadaan PPE atau Prurigo, kedua gejala bisa menjadi dasar untuk kecurigaan terjadinya gagal terapi. Kriteria ini lebih untuk keadaan dimana tidak tersedia fasilitas pemeriksaan CD4 dan atau Viral Load.

Kegagalan Penurunan CD 4 kembali WHO menyatakan bahwa jumlah imunologis seperti awal sebelum CD4 bukan merupakan prediktor pengobatan yang baik dalam menentukan kegagalan pengobatan.

Pemantauan dilakukan setiap 6 bulan. Dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai adanya ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan paparan klinis dari pasien yang diduga mengalami kegagalan terapi ARV.

Disfagia Gambar 6. Mulai terapi ARV selama 7 hari lagi. Diagnosis dibuat berdasarkan respons terhadap terapi sistemik antifungal. Tidak perlu dilakukan Endoskopi , kecuali bila ada kegagalan terapi. Penyebab lain yang tidak terkait dengan HIV seperti refluks esofagitis.

Dalam hal ini perlu endoskopi untuk menegakkan diagnosis. Limfadenopati Gambar 7. Pada pasien yang asimtomatis maka tidak diperlukan pemeriksaan atau pengobatan lebih lanjut. Namun, pada pasien dengan limfasenopati yang simtomatis, pembesaran KGB yang cepat, KGB, asimetris dan gejala sistemik, maka perlu evaluasi dan pengobatan lebih lanjut. Kecurigaan akan adanya infeksi TB berdasarkan atas gejala-gejala seperti demam, kehilangan berat badan, pembesaran KGB berfluktuasi dan tidak nyeri.

Terapi sesuai pedoman nasional. Diare kronik Gambar 8. Dehidrasi berat ditandai dengan keadaan umum: gelisah, rewel, nadi cepat, nafas dalam dan cepat, pada turgor kulit kembali lambat, mata cekung, mukosa mulut kering, jumlah urin berkurang dan warna lebih gelap.

Penanganan dehidrasi lihat tabel di bawah ini. Kriptosporidiosis: Saat ini tidak ada pengobatan yang efektif kecuali terapi ARV. Yang terpenting adalah menjaga cairan dan elektrolit, dan obat antidiare seperti Loperamid dapat bermanfaat. Jika terjadi kambuh setelah pemberian terapi awal antimikroba, harus diberi terapi selama minggu.

Bila ada perbaikan kondisi pasien setelah terapi metronidasol selama 7 hari, obat perlu dilanjutkan hingga total 14 hari. Bila tidak ada perbaikan, pertimbangkan penyakit diare kronis lain yang terkait infeksi HIV termasuk mempertimbangkan terapi ARV lihat Tabel Gangguan Pernafasan Gambar 9. Tatalaksana gangguan Pernafasan Gangguan pernafasan dan sesak nafas berat [a] Oksigen dan foto ronsen toraks Pertimbangkan emboli paru Ada Tidak Apakah ada tanda emboli vena?

Untuk diagnosis PCP sebaiknya diagnosis klinis yang diperkuat dengan temuan pada ronsen dada lihat Tabel Setidaknya dua pemeriksaan dahak BTA yang terpisah. Efusi pleura merupakan gambaran yang menonjol. Pengeluaran cairan pleura dan pemeriksaan mikroskopik dari cairan pleura dapat membantu untuk diagnosis. Terapi sesuai dengan pedoman nasional TB. Pola Klasik Pola Atipik Infiltrat di lobus atas Infiltrat intersisial terutama di zona lebih Kavitas rendah Jaringan fibrosis paru Infiltrat bilateral Tidak ada kavitas [e] Pneumonia bakteri: Ciri khas adalah dengan batuk produktif, dahak purulen dan demam selama minggu.

PCP muncul dengan lebih lambat dan biasanya dengan batuk non-produktif. Gambaran khas pada ronsen dada adalah konsolidasi lobar.

Penyebab paling sering pneumonia bakterial adalah bakteri piogenik Gram-positif. Jika gambaran klinisnya menunjukkan pneumonia bakteri dan bukan PCP dapat diberikan amoksisilin mg 3 kali per hari atau eritromisin mg 4 kali per hari selama 7 hari. Gejala dan tanda neurologis Gambar Tatalaksana Gejala dan tanda neurologis Gejala dan tanda neurologis [a] Tidak Tidak Pengobatan empiris Adakah tanda Tanda iritasi untuk meningitis neurologis meningeal?

Tidak Ya Ya Bakteri, lekosit, BTA, Terapi sesuai hasil pengecatan India, pemeriksaan klinis dan Terapi sesua indikasi CT [c,d,e] Terapi untuk toksoplasmosis Keterangan [a] Penyebab nyeri kepala antara lain meningitis kriptokokal, meningitis TB, toksoplasmosis serebral, meningitis kronis HIV, meningitis bakterial dan limfoma, Penyebab sakit kepala yang tidak terkait dengan infeksi HIV termasuk migrain, sifilis, ketegangan, sinusitis, gangguan refraksi, penyakit gigi, anemia dan hipertensi.

Lain penyakit menular seperti malaria, demam tifoid, demam dengue dan riketsia juga dapat menyebabkan sakit kepala. Kandidasis Kandidiasis oral: Tampilan klinis yang khas pada Tablet Nistatin Herpes simpleks Sekelompok vesikel berair biasanya di Gambaran klinis khas Biasanya sembuh sendiri dan tidak perlu terapi daerah genital atau sekitar mulut Perawatan lesi, dengan gentian violet atau larutan Dapat menjadi sistemik seperti esofagitis, klorheksidin ensefalitis Bila ada indikasi dapat diberi asiklovir 5 X atau 3 X mg selama 7 hari.

Herpes zoster Sekelompok vesikel berair terasa sangat Gambaran klinis khas Perawatan lesi, dengan gentian violet atau larutan nyeri di sepanjang dermatom. Famsiklovir dan valasiklovir sebagai alternatif 7. Zainoel Abidin Jl. Ahmad Yani No. Bachrun No. Cut Nyak Dhien Lamtemen No. Bunga Lau No. KH Wahid Hasyim No.

Gereja No. Kumpulan Pane Jl. RM Djoelham Binjai Jl. Jamil Jl. Achmad Mochtar Jl. Diponegoro No. Subrantas KM Tanjung Jati No. Budi Kemuliaan No. Gajah Mada Kav. Karimun Jl. Ciptadi No. Mohammad Hoesin Jl. Sudirman KM 3. Lingkar, Kel. Gunung Ibul, Kec. Ibnu Sutowo Baturaja Jl. Hatta No. Sobirin Musirawas Jl. Yos Sudarso No. Bayangkara S. Daud Arif Jl. Ahmad Yani Jl. Yani No. Sudirman No. Kesehatan No. Melati Tajung Pandan, Kab.

Cipto Mangunkusumo Jl. Dr A Rahman Saleh No. Kramat Raya No. Salemba Raya No. Raya Mangga Besar No. Sulianti S. Deli No. TB Simatupang No. Merpati No. S Parman Kav. Lanpangan Tembak No. Buncit Raya No. Borromeus Jl. Juanda No.

Amir Machmud No. Veteran No. Rotinsulu Bandung Jl. Bukit Jarian No. Marzoeki Mahdi Jl. Semeru No. Raya Pajajaran No. Pramuka No. Sultan Agung No. Bhayangkara No. Rumah Sakit No. Galuh Mas Raya No. Kesambi No. Palasari No. A Yani No. Kapten P. Tendean Km. Kariadi Jl. Soetomo No. Elisabeth Semarang Jl. Kawi No. Kartini No. Fatmawati Raya No. Moewardi Surakarta Jl. Oen Jl. M Soekarjo Jl. Dr Gumbreg No.

Kartini Jl. KS Tubun No. Osamaliki No. Soewondo Kendal Jl. Laut No. Suraji Tirtonegoro Klaten Jl. Soeraji T No. Raya Sukowati No. RM Soeselo W Jl. Sutomo No. Batang Jl. Dr Sutomo No. Soetijono Blora Jl. Jen Sudirman No. Kantil No. Sardjito Jl. Wirosaban No. Kaliurang No. Soetomo Jl. Prof Dr.

Samsoeri Mertojoso Jl. Achmad Yani No. Gadung No. Mohamad Soewandhie Jl. Saiful Anwar Jl. Jaksa Agung Suprapto No. Pahlawan Kusuma Bangsa No. Panji No. Soebandi Jl. Soebandi No. Istiqlah No. Mojopahit No. Gresik Jl. W Sudiro Husodo No. Haryono No. Sampang Jl. Rajawali No.

Sosodoro Djatikoesoemo Jl. Dr Wahidin No. Soedono Madiun Jl. Wahidin S Husodo Jl. Jombang Jl. Dr Cipto No. Koesnadi Jl. Harjono S Ponorogo Jl. Sayidiman Magetan Jl. Pahlawan No. II Dr. Soepraoen Jl. Sodanco Supriyadi No. PB Sudirman No. Ciung Wenara No.

Flamboyan No. B Sudirman No. Buleleng Jl. Kusuma Yudha No. Antonius Jl. Hasyim No. Dr Sotomo No. Ali Anyang No. Agusdjam Ketapang Jl. Panjaitan No. Kanujoso Djatiwibowo Jl. Merbabu No. Tambun Bungai No. Jen A Yani No. Ansari Saleh Jl. H Hasan Basri No. Basuki Rahmat No. Pejanggik No. Garuda No. Dr Moch Hatta No. Adam Malik No. Moh Hatta No. IV Wirasakti Kupang Jl. Moch Hatta No. D Kandou Manado Jl. Raya Tanawangko No.

Teling Manado Jl. Woodward No. Lanoni No. St Hasanudin No. Imam Bonjol No. II Pelamonia Jl. Jend Sudirman No. P Kemerdekaan Km. L Pasewang No. Ratulangi No. Nurussamawaty No. Serikaya No. Samiun No. Dr Ratulangi No. W R Supratman No. Sultan Batutihe No. Timika Jl. Mimika Jl. Yos Sudarso Kab. Carousel Next. What is Scribd? Explore Ebooks. Bestsellers Editors' Picks All Ebooks. Explore Audiobooks. Bestsellers Editors' Picks All audiobooks. Explore Magazines.

Editors' Picks All magazines. Explore Podcasts All podcasts. Difficulty Beginner Intermediate Advanced. Explore Documents. Uploaded by kristina. Did you find this document useful? Is this content inappropriate? Report this Document. Flag for inappropriate content. Download now. Related titles. Carousel Previous Carousel Next. Jump to Page. Search inside document. Camille Pajutan. Florence Liem. Eyob Desta. Shruthi R. Khanifah Hidayanti. Js Tech. Thania Wazinta. Raghu Ghimire. Mouna Dardouri.

William Soneja Calapini. Viswa Giri. Kent Gabriel Yangao. Alex Sam. Asma Muhammad. Salwa Zahra Tsamara. More From kristina. Popular in Retrovirus. Gigih Putra. Sofia Batalha. Sayali Kunte. Raman Deep. Paula Santana.

Bob Builder. Balakrishnan Natarajan. Amirah Anf. Zia Ur Rehman.



0コメント

  • 1000 / 1000